Jumat, 06 Mei 2011

Sang Penjaga (1)





Sang Penjaga




Langit biru, rumput hijau,"Indahnya"pikirku, sambil menikmati lingkungan sekitar. Kamilla! sini!" sahut seorang perempuan di tepi danau. 
"Loncat ke air bareng yuk!"ia tersenyum jahil.
"Serius? dinginlah, dalam lagi! yang lain udah di mobil loh!"ucapku ragu
"Biarin, ayo?takut?"
Dahiku mengkerut "enak saja". Dengan cepat aku  menghampirinya, ia menggenggam  tanganku erat.
"Siap?" Kami mundur jauh , berlari gesit-lompat....



KAMILLA!!
"hah!?"-aku tersentak, sadar dari dunia mimpiku. Aku menggerutu , "Apa sih Na?"keluhku, kesal. Di depanku sekarang hanyalah kelas kosong dan seorang cewe sebaya yang terlalu kukenal. "Kau tidur terus dari tadi si Bapak udah selesai ngajar loh!"-suara nyaringnya hampir memecahkan gendang telingaku. "ya-ya" dengan malas aku mengambil hpku yang dari tadi kupakai untuk merekam pelajaran guru, merapihkan barang lalu....
Tidur lagi.
"Kamilla!!"-dan diteriaki lagi...yah sudahlah.
"beneran deh kamu ngapain aja sih malam-malam?"ucap sohibku itu, khawatir.
"makan, main The Sims, ngerjain tugas yang mepet, baca buku novel asing"
"Dasar, kamu padahal otaknya pintar banget tapi digunain boro-boro"
"'terserah aku  kan??"balasku cepat. Ia hanya membalas dengan tatapan mata yang gak jelas artinya apa.
Marina Rusyandi-alias  Nana adalah sahabatku sejak kelas 1 SD entah bagaimana, kami selalu satu sekolah, jarang sekelas sih..tapi kebetulan di bangku kelas 3 SMA ini kami sekelas. Marina, itu orangnya ceria, penuh ambisi dan semangat, dengan warna kulit putih pucat, dan bertubuh tinggi kurus, dihiasi dengan rambut hitam kecoklatan yang sedikit melewati bahu. Sementara aku malas, bertampang judes, berkulit sawo matang, cukup berisi, tinggi rata-rata, dan (menurut temanku juga guru sekitar) pintar.

Marina dan aku melengkapi sesama, dia jago olahraga dan pandai berdebat, namun payah dalam pelajaran eksak. Sementara aku pandai dalam eksak, namun payah olahraga, dan payah berdebat ,berbicara kepada khalayak itu merepotkan. Marina juga jadi ketua dan pendiri dari berbagai eskul, malah aku tak percaya masih ada eskul sekolah yang belum menjadikannya ketua. Lalu aku? aku sama tak mengikuti eskul. 
Sohibku ini adalah idola sekolah,berprestasi, tanggung jawab, mudah bersosialisasi, dan sangat baik hati. Sementara aku...aku adalah 'bayangannya', aku memiliki kemampuan...dan sering dengan mudah jadi juara kelas..serta selalu diajak ikut olimpiade dan semacamnya. Tapi aku selalu menolak-kenapa? karena aku tak berniat maju atau berusaha keras seperti dia...itu masalahnya.

Tak sadar akan waktu, ternyata kami sudah sampai di rumah Nana, rumahnya hijau...dekat dari sekolah, berukuran kecil, hampir tak cukup untuk keluarganya yang besar (saudaranya ada 7 coba...)...namun aku jauh lebih nyaman di sini daripada di rumahku sendiri. "eh, Milla..selamat datang hari ini belajar bareng lagi?"sahut Bu Mardiyah, ibunya Nana. "Iya apa kabar bu, maaf merepotkan  terus-terus an"ucapku malu.
"aah gak apa-apa sekalian biar Nana belajar lebih efektif". Kami memasuki  ruang tamu, isinya hanya 3 sofa kuning sederhana, sebuah karpet bulu lebat, dan satu meja kayu panjang. Lalu, tak lama kemudian-seperti biasa-aku diserang semua adik-adik kecil Nana...

Mereka menyerbuku bagai binatang buas. 
"Teh Milla tas ini isinya apa!?"
"eh jangan itu laptop!?"
"PRAAK!!"-dibanting...bagus banget.
hei Andi nakal!"bentak Nana sambil memegang kedua tangan  adik TKnya itu erat. "Kalau gitu terus entar aku gak akan masak makan malam loh!"ancamnya keras. Andi pun meminta maaf dan bersama saudaranya, mereka berlari ke kamar.
"suatu hari nanti sumpah aku akan sembelih adikmu itu"-keluhku sambil memungut laptop bermerek appleku itu.
"jahat! santai dong kamu kan kaya, punya banyak laptop ini"
"iya tapi yang ini berisi banyak sketsa baju isengku, dan foto pas kita jalan-jalan bareng geng SMP kita ke danau Wirungi, yang pas kita nyebur ke danau terus jadi gatal-gatal parah 3 hari berturut-turut itu, ingat gak?"
"Oh ingat... Aku ingat, tapi kok tumben kamu ingat kamu kan pelupa banget"ejeknya.
"Emang-cuman tadi pas aku tidur di kelas aku mimpiin itu, jadi deh ingat." 
Dengan cepat, semua buku pelajaran dan buku latihan soalku dan Nana terpampang semua, menutupi meja.
Dan aku terdiam melihat jumlahnya
"kita akan belajar buku sebanyak ini?"muka Nana pucat, tak sadar yang harus dipelajari banyak juga.
"berapa buku?"tanyaku takut mendengar angkanya
"...9..."
".........aku mati aja gimana?"
"boleh, nanti kususul..."

****
Malam pun tiba, bintang-bintang menghiasi langit. Di luar, sopir sudah menunggu mengantarku pulang. "wah! ternyata selesai juga 9 buku...Milla jago euy banyak yang ngertinya, cepat ngerjainnya lagi..bete, padahal kamu yang malas tapi malah  aku yang bodo"keluh Nana, sambil memainkan celana piyama bercetak sapinya.
"Udah bakat kali ya.."ucapku menyombong, Nana hanya mengacuhkan ocehanku.
"Kamu gak apa-apa pulang jam segini?udah jam 11..."tanya Nana cemas. "Gak apa-apa toh
 ortu gak pernah di rumah ini, sendiri aja biasa"
"Milla...kalau kesepian.."
"Gak tenang, memang aku gak ditakdirkan memiliki keluarga akrab sepertimu kok..santai-santai"kupaksakan sebuah senyuman.
"kalau maksa senyum begitu, mukamu jelek banget loh" 
"Brengsek!"balasku.
Ia tertawa puas, "ya atuh sok pulang, oh ya besok libur belajar dulu ya"mukanya memelas.
"Kenapa mo pacaran?"ejekku singkat.
"hehe..begitu si Akang udah selesai ujiannya jadi bisa main"senyumnya melebar.
"hah..kasihan ya kamu ama Kang Tio gara-gara dia kuliah kalian jadi susah bertemu."
"Gak juga, lagipula Kakak kan baik jadi selalu nyempatin waktu untukku"
"Iya-iya emang dia baik, ganteng, suci  lagi-tapi kamu jaga dia jangan sampai di kuliah didekatin cewe-cewe juga ya-rapihin tuh gigi"
Nana cemberut "ya-ya cerewet ih, pulang sana"ia mengusirku....jahat.
"yoi...dadah!"

**************

Sesampainya di rumah yang kulihat hanyalah perkakas mewah yang tak ada guna. Rumahku luas, bertingkat tiga…dipenuhi dengan segala rupa benda antik dari seluruh pelosok dunia. Namun…rumah ini sama sekali tak membuatku bahagia. Orang tuaku merupakan pengusaha, mereka berdua memiliki, dan mengetuai perusahaan swasta yang cukup maju di Singapura…akibatnya, aku ditinggal sendirian sementara mereka entah sedang apa di sana. Yah, bukannya aku ditelantarkan juga, di rumah banyak pembantu  dan  ortuku masih suka pulang minimal  5 bulan sekali. Tapi…tetap saja….aku benar-benar kangen dengan mereka berdua.


Pagi hari muncul kembali, dengan mata masih setengah terbuka aku terpaksa bangun dan siap-siap sekolah. Di sekolah, tidak ada hal aneh guru ngejelasin pelajaran, aku tidur seharian, Nana dikerubungi fansnya, dan teman-teman dekatku lainnya ngajak ngobrol. Pulang sekolah, saat aku keluar bareng Nana  baru ada hal menarik, yaitu

Pacar genteng Nana, Tio. “Nana, Milla apa kabar?” sapanya-jelas mata lebih tertuju ke arah Nana. Hari ini Kang Tio memakai jaket kulit hitam dan mengendarai motor ninja merah kesayangannya, rambutnya seperti biasa acak-acakan. Nana berlari kencang, merangkul lengan Tio. “Hai Kang, ujian gimana bagus?” tanyaku, basa-basi.

“Lumayan, kalian sendiri gimana sebentar lagi mau UN dan SPMB kan?”
Keningku berkerut mendengar hal tersebut “umm~gimana ya?”jawabku ragu. Ia hanya tertawa, suaranya merdu. “Yaudah ya,  Nana dan aku mau nge-date dulu hehe”.
“ya, jangan macam-macam ya”ejekku, sebenarnya ga usah diomongin juga Tio gak mungkin ngapa-ngapain sih..gentlemen orangnya. “Ya ga-lah, duluan ya Mill!”, Nana duduk rapat di belakang Tio dan dengan begitu mereka melaju kencang entah kemana.

Lalu aku ke rumah, menikmati kesunyian. Soalnya besok pasti aku akan dibanjiri cerita kejadian  mesra Tio dari si Nana, huh sabar ya telingaku.Tapi, di luar dugaan esoknya tak sekalipun Nana menyinggung Tio. Dia hanya ngomel tentang betapa jeleknya film yang dia tonton dan  itu saja, malah pas aku iseng tanya tentang Tio…ia diam.
“Nan..kamu ama Tio ada masalah?”tanyaku mulai khawatir.
“hah..ah  gak kok cuman….”ia berhenti sejenak.
“Cuman apa?”aku mendesaknya
“….aku dan Tio udah ga berhubungan lagi.”
“HAH!?kenapa?”
“….bukan apa-apa hanya yah persis katamu saja, harusnya kujaga dia dari perempuan lain”ia tersenyum pilu. Dan aku hanya diam.

Beberapa minggu kemudian aku berusaha tak mengungkit Tio di hadapan Nana. Cukup mudah berhubung Nana juga sibuk mengurus acara klubnya, jadi kami agak  jarang ketemu. 2 minggu berlalu, dan aku baru sadar bahwa 3 bulan lagi mau UN….Kampret. Dan juga tugas kelompok aku dan Nana belum selesai double kampret. Buru-buru aku ke lapangan sepak bola ,eskul Nana hari ini.
Di lapangan yang kulihat hanyalah adik kelas , jadi kutanya mereka. “Dik, lihat Nana ga?”tanyaku ke seorang perempuan  manis-mungkin kelas 1. “Teh Nana kak? Tadi dia ke wc kayaknya dia sakit mukanya pucat  tadi juga”
“Oh ya? Makasih dik”Dengan gegas aku menuju wc yang terdekat dari sini. “Nana sakit? Masa sih?-tapi kalau dipikir-pikir dia jadi sering capek akhir-akhir ini, tapi mungkin itu hanya karena sibuk sa…..ja”

Otakku mati melihat pemandangan di depanku, cermin  pecah ,lantai  dibanjiri air menggenang- warna kemerahan tercampur darah.. air keran wastafel terus mengalir. Terdengar  isakan seorang perempuan. “Nan!?”aku mulai panik di  stall paling ujung, kulihat Nana duduk di lantai…berlinangan  air mata, rambut, baju, tangan dinodai muntah…dan darah segar. “Nana‼” dengan spontan aku mengambil gulungan tisu dan mulai mengelap mulut, tangan dan bajunya. “tisunya habis”ucapku spontan. Aku melihat lantai, mencari kain atau semacam, tak ada….

Yang ada hanyalah bercak darah dan  tes kehamilan. Kupungut benda tersebut, hasilnya positif. Mata Nana melebar, sambil berlutut ia menarik rok abuku. “Milla itu…”

“PLAK‼”-tanganku melesat, bekas tangan berwarna merah  sekarang tertinggal di pipi kanannya. 
“Ini apa?” aku menarik kerahnya, menindih badannya di dinding tegel. Suara air terus mengalir.
“Ini apa‼”suaraku kencang, dan sangar..sampai aku sendiri pun ketakutan.
Air mata kembali membasahi wajahnya “Itu punyaku…”
“Bego‼”-badannya kulempar ke lantai. Amarah mengendalikan  tubuhku. “Kapan?”aku tanya lagi
“kecan…terakhir ama Tio…”
“Dia perkosa kamu!?” . Nana diam ia memojokkan diri ketakutan. “JAWAB AKU‼”
“Aku memintanya…”
Aku menatap langit-langit, air mata mulai mengumpal. “Aku sudah mendengar terlalu banyak”aku sudah gak kuat lagi. “Tunggu!” Ia memeluk erat kakiku. “Dia akan meninggalkanku-untuk wanita yang lebih tua…aku tak ingin berpisah dengannya sebelum melakukan hal ‘itu’ dengannya…jadi aku memaksanya untuk..”

“Oh! Jadi kau memaksanya pula? Bagus aku sama sekali ga kecewa ama kamu sekarang!” aku tarik kakiku, menendang mukanya. “aku tak mau  membiarkannya pergi begitu saja! Tolong Mil jangan marah cuman gara-gara ini!”
“CUMAN‼”-aku tak percaya dia berani-beraninya bilang kata-kata itu
“Kau..kamu itu sahabatku, walau aku tak pernah mengakuinya kau itu selama ini…kau inspirasiku tau!…kau kau memiliki segalanya, keluarga yang mencintaimu, orang yang mengagumimu, kau ambisius, berani maju, bertanggung jawab, mandiri, dewasa, cantik. Semua hal yang aku inginkan tapi tak bisa. Setiap hari aku bangga bisa menjadi temanmu. Lalu kau melakukan ini…SPMB…UN…semua  yng menentukan masa depan kita akan terjadi sebentar lagi bukan? Tapi kau…memutuskan untuk membuang itu semua…demi apa? Hanya demi mengubah dirimu menjadi seorang cewek murahan”

“Tidak‼”ia menutup telinganya tak mau mendengar.
“Ngapain tutup telinga, takut dibilang pelacur!? Itu udah fakta tau, kau pikir keluarga mau menerimamu setelah ini!? mengingat segimana religius mereka itu, mengingat segimana pas-pasan mereka sekarang juga, bagaimana kau akan menjelaskannya hah!?”

“Tolong berhenti!jangan begini, kumohon  bantu aku keluar dari masalah ini‼”ia kembali merangkul kakiku. “Lepaskan aku!”aku memungut pecahan kaca tajam, melukai tanganku sendiri dan juga tangannya. Kaca itu menembus tangannya, dan menggores kakiku. Jeritannya menggema, mata basahnya  menatap lurus mataku. “Kau sudah tak berarti apa-apa bagiku”
ia tak mengeluarkan suara.
Aku mengambil tasku dari lantai, “Kau sampah!!”
Itulah kata terakhir yang kuucap padanya….

***

4 komentar:

  1. Untuk deskripsi awal sudah bagus. Hati-hati terjebak dalam mendeskripsikan, bangun kekuatan konflik yang menjadi ciri khasmu. Ok! Oia, tanda baca masih banyak yang perlu diedit... hehehe.. ^^

    BalasHapus
  2. Euh, si Acit sama kamu ya Dew?
    Bukaannya menarik, tapi...
    Kok konfliknya....
    -__-"

    No Comment ah...

    BalasHapus
  3. konfliknya terlalu standar ya haha akunya yah...agak bnr acitnya ga

    BalasHapus